Sejarah
Perkembangan Pertanian
Pada era digitalisasi ini kehidupan
manusia telah banyak dipengaruhi oleh berkembangnya teknologi, salah satunya ialah
sektor pertanian. Dilansir dari sebuah buku yang ditulis oleh Jurgen H.
Hohnholz, teknologi pertama yang diterapkan pada sektor pertanian adalah teknik
irigasi. Kala itu manusia membendung sungai kecil, kemudian sebagian aliran
airnya dialihkan untuk mengairi tanah pertanian sehingga manusia tidak bergantung
lagi dengan air hujan. Setelah itu manusia mulai menggunakan hewan sebagai alat
untuk membajak tanah, sehingga tenaga manusia tidak terkuras hanya untuk
mengolah tanah. Selanjutnya, mulai berkembang pemanfaatan zat kimia dalam
pertanian untuk menghasilkan komoditas yang unggul. Dari sinilah mulai muncul
tujuan melakukan proses budidaya untuk kepentingan komersial.
Permasalahan Pertanian Saat Ini di
Indonesia
Banyak sekali permasalahan yang terjadi
di bidang pertanian, salah satunya ialah pemanasan global. Pemanasan global merupakan
cuaca yang tidak pasti serta durasi musim hujan dan panas yang terus berubah
setiap tahunnya. Hal ini akan memberatkan para petani yang masih menggunakan
sawah dan perkebunan dengan mengandalkan air hujan.
Tentunya petani akan dirugikan apabila
cuaca terus berubah, seperti kondisi saat musim hujan hingga banjir dan saat
musim kemarau sampai kekeringan. Keduanya berpotensi membuat petani gagal panen
akibat faktor alam. Selain itu, pencemaran air disekitar lahan juga dapat
membuat petani kesusahan dalam mencukupi kebutuhan air tanaman. Oleh karena
itu, diperlukan teknologi yang dapat membantu petani dalam mengontrol
ketersediaan dan kualitas air untuk tanaman.
Gagasan Ide Smart Irigation System
Irigasi adalah sistem pengairan yang
diupayakan manusia untuk mengairi lahan pertanian dari sumber air. Jika irigasi
dilakukan secara sembarangan, maka akan berdampak langsung terhadap kondisi
tanah dan tanaman budidaya. Kebutuhan air setiap tanaman berbeda dan perlu
diperhatikan, karena kandungan air yang diterima oleh tanaman sangat
mempengaruhi keunggulan suatu hasil komoditas tersebut. Untuk itu, dengan
memanfaatkan AI dan database, maka dapat diciptakan suatu teknologi untuk
membantu petani mengetahui kebutuhan air di suatu lahan pertanian. Salah
satunya adalah Smart Irrigation berbasis teknologi IOT (Internet of Things)
yang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan tahun 2019.
Namun, tidak hanya ketersediaan air yang
harus diperhatikan agar ketahanan pangan tetap stabil, pemberian pupuk juga
harus tepat dan keefektifan kerja harus diperhitungkan. Dengan harapan permintaan
konsumen dapat terpenuhi melalui meningkatnya produktivitas tanaman. Sehingga
alternatif solusinya yaitu melakukan upaya pengembangan lebih lanjut dari
“Smart Irrigation System”.
Smart Irigation System Next Generation
Konsep sistem yang menjadi alternatif
permasalahan di atas, adalah gabungan dari irigasi, pemupukan, dan teknologi.
Dimana nantinya, disekitar lahan dapat dibuat sumber air dari tadahan hujan,
atau sungai, atau pompa, atau sumber air laiannya (disesuaikan dengan kondisi
sekitar lahan). Kemudian, digabungkan dalam sebuah wadah untuk difilterisasi
agar dapat diminimalisir kontaminasi yang terjadi dalam air. Kemudian, pada
waktu tertentu, seperti saat waktunya pemupukan dapat dicampurkan dengan pupuk
cair. Konsep ini hampir sama dengan pengairan hidroponik. Namun konsep ini
diorientasikan untuk pengairan di lahan berupa tanah. Setelah air tercampur
dengan pupuk atau sudah dalam keadaan bersih, dapat dilanjutkan ke dalam pipa
yang sudah tersebar di beberapa titik kebun atau sudah terhubung dengan parit
sawah. Tak lupa terdapat sensor yang terpasang pada pipa pintu keluar masuk air
(on/off), pipa pada permukaan tanah, dan komputer kontrol.
Untuk pemberian airnya dapat dikontrol
dengan memanfatakan teknologi yaitu berupa data curah hujan dan data cuaca
alinnya yang dikeluarkan oleh pihak terkait. Kemudian dihubungkan dengan
kondisi kelembaban udara dan kadar lengas tanah disekitar lahan budidaya.
Apabila kandungan airnya kurang, maka sistem akan otomatis memberikan air pada
tanaman. Begitu pula pada pemberian pupuk cair ke dalam sistem irigasi yang
dapat disetting sesuai waktu pemberian. Harapannya dengan sistem irigasi
seperti ini dapat menciptakan pertanian yang presisi. Pertanian presisi dalam
tulisan Lilik Soetiarso (2020), adalah konsep pertanian dengan pendekatan sistem
untuk menuju pertanian dengan rendah pemasukan (low-input), efisien tinggi, dan
pertanian berkelanjutan dengan mengoptimalkan semua sumber daya yang ada.
Manfaat dari sistem ini adalah dapat
membantu petani memantau dan memutuskan pemberian air ke tanaman. Sistem ini
juga bisa mengontrol pemberian air secara terjadwal, sehingga potensi
terciptanya pertanian presisi di Indonesia akan terbuka lebar. Selain itu,
penggunaan sistem irigasi konvensional tidak begitu efektif dilakukan pada
lahan yang luas. Karena butuh lebih banyak air dan tenaga untuk melakukan
penyiraman tanaman. Kedepannya teknologi ini dapat dilengkapi dengan beberapa
fitur yaitu sistem pekerjaan yang berulang kali akan dibuat robot yang
programnya dimasukkan ke dalam chip robot. Sehingga jalannya kegiatan budidaya
sudah tidak tergantung pada jaringan internet. Atau dapat dikendalikan jarak
jauh, sehingga petani dapat mengendalikan sistem irigasi meskipun sedang berada
di lokasi lain. Dan tak lupa telah dilengkapi sensor terhadap unsur hara dan
pendekteksi kesuburan tanah dengan menggunakan microcontroller yang terhubung
antara sensor pembaca kondisi lahan dan web server yang dapat dipantau dan dikendalikan.
Kesimpulan
Dalam era revolusi industri 4.0 menuju
5.0, kita harus bijak dalam memanfaatkan teknologi terutama di bidang
pertanian.Teknologi tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan SDM dan
kebutuhan sekitarnya. Permasalahan yang ada akibat pemanasan global berdampak
pada ketersediaan air, pemberian pupuk, dan keefektifan tenaga kerja di bidang
pertanian. Salah satu upaya dalam mengatasi permasalah tersebut yaitu Smart
Irigation System Next Generation. Upaya tersebut dapat mengontrol ketersediaan
dan kualitas air dengan menyesuaikan kondisi lahan, sekaligus membantu petani
dalam menyebarkan pupuk secara tepat. Dengan pengontrolan dan perhitungan yang
disesuaikan dengan data lapang lahan, maka akan memberikan dampak positif bagi
pertanian di Indonesia.
Daftar Pustaka :
Honholz, J. (1986). Geografi Pedesaan
Masalah Pengembangan Pangan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Pusparani, I. G. (2020). Balitbangtan
Kembangkan Irigasi Pintar Berbasis Internet Of Things (IoT). Diakses pada 07 Oktober
2022 dari
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/06/05/balitbangtan-kembangkan-irigasi-pintar-berbasis-internet-of-things-iot
Reviza, Rika. (2021). Smart Farming 4.0
Untuk Mewujudkan Pertanian Indonesia Maju, Mandiri, dan Modern. Jurnal Forum
Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 38, doi: 10.21082/fae.v38n2.2020.137-154
Soetiarso, L. (2020). Pengembangan
Konsep Pertanian Presisi di Indonesia.Smart Farming Teknik Pertanian &
Biosistem Universitas Gadjah Mada. Diakses pada 07 Oktober 2022 dari
https://smart-farming.tp.ugm.ac.id/2020/09/13/pengembangan-konsep-pertanian-presisi-di-indonesia/
Komentar
Posting Komentar