Langsung ke konten utama

Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Jeruk

Jeruk merupakan salah satu komoditas yang layak untuk dikembangkan, karena usaha ini memberikan keuntungan yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan petani. Di samping itu, jeruk merupakan buah-buahan yang digemari masyarakat baik sebagai buah segar maupun olahan yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat berpendapatan rendah ataupun tinggi. Selain itu, jeruk juga merupakan buah dengan rasa yang segar dan mengandung vitamin C yang sangat digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Upaya peningkatan produksi jeruk tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu tanaman (OPT). Pertumbuhan dan produktivitas jeruk dapat dipengaruhi oleh keberadaan serangga hama. Lebih dari 50 jenis penyakit dan 10 jenis hama diketahui dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman jeruk, hama utama yang menjadi ancaman besar bagi tanaman jeruk adalah serangan hama lalat buah. Kerugian kuantitatif yang diakibatkan lalat buah yaitu berkurangnya produksi buah, sedangkan kerugian kualitatifnya ialah buah yang cacat berupa bercak, busuk, berlubang dan berujung  kurang diminati oleh konsumen. Menurut Hidrayani & Ikhsan (2021), intensitas serangan hama lalat buah dapat mencapai 90%. Apabila tidak dilakukan pengendalian terhadap lalat buah, maka akan mengganggu pencapaian produksi bahkan dapat mengakibatkan gagal panen yang merugikan petani. Oleh karena itu, perlu diadakan tindakan preventif melalui teknik Pengelolaan Hama Terpadu (PHT).

Pengelolaan hama penyakit tanaman jeruk yang baik dapat meningkatkan produksi buah dan kualitas buah. Terdapat lima kegiatan yang perlu dilakukan dalam mengelola secara terpadu pada kebun jeruk sehat, yaitu menggunakan bibit jeruk berlabel bebas penyakit, mengendalikan hama penyakit secara tepat dan lebih mengutamakan agen hayati, melakukan sanitasi lingkungan atau kebun yang baik, memelihara tanaman secara optimal, dan melakukan konsolidasi pengelolaan kebun.

Sanitasi

Teknik sanitasi atau pembersihan merupakan cara pengendalian secara bercocok tanam yang cukup efektif untuk menurunkan populasi hama dan penyakit (Gambar 1). Banyak hama dan penyakit yang dapat bertahan hidup atau berdiapause di sisa-sisa tanaman. Dengan membersihkan sisa-sisa tanaman tersebut berarti kita mengurangi laju peningkatan populasi dan ketahanan hidup hama. Jadi sanitasi dilakukan terhadap:1) Sisa-sisa tanaman yang masih hidup, 2) Tanaman atau bagian yang terserang hama, 3) Sisa tanaman yang sudah mati, 4) Jenis tanaman lain yang dapat menjadi inang pengganti, 5) Sisa-sisa bagian tanaman yang jatuh atau tertinggal di permukaan tanah seperti buah dan daun.


Gambar 1. Sanitasi Lahan

 

Perangkap Lalat Buah

Bahan yang digunakan untuk memerangkap lalat buah adalah metil eugenol. Metil eugenol  sebanyak 1 mL diserapkan pada kapas kemudian dimasukkan ke dalam botol bekas air mineral bervolume 1,5L (Gambar 2a dan 2b). Perangkap lalat buah dibuat sebanyak tujuh botol. Pada setiap dua hari dilakukan pengamatan dan hasil pengamatan menunjukkan semua botol ditemukan lalat buah (Gambar 2c).


Gambar 2. Proses pemasangan perangkap (a&b), lalat buah yang masuk perangkap (c)


Pembuatan Pupuk Organik Cair dan Pestisida Nabati

Bahan pupuk cair organik adalah dedak padi sebanyak 1 kg, gula pasir 1 kg, EM4 500mL dan air 50 L. Dedak padi dan air dicampur dalam wadah penampung 70L, kemudian diaduk sampai homogen, selanjutnya disaring dengan kain saring berulang-ulang hingga tidak membentuk endapan. Larutan tersebut ditambahkan dengan gula pasir dan EM4, diaduk sampai homogen. POC tersebut diinkubasi selama 7 hari. Pada hari ke-9, POC yang diinkubasi tidak berbau. Sebelum diaplikasi ke tanaman jeruk, POC diencerkan dengan air pada perbandingan 1:10. Petani dapat mengaplikasikan pada pagi hari (jam 07.00-08.00) sehingga tidak menguap oleh sinar matahari.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati adalah daun mimba. Sebanyak 200 gram daun mimba dihaluskan dengan menggunakan blender, kemudian di rendam dengan air sebanyak 2000 ml liter, dan didiamkan selama 24 jam. Petani mengaplikasi pada tanaman jeruk yang terinfestasi oleh kutu putih, karena pada saat kegiatan dilaksanakan, banyak ditemukan kutu putih pada permukaan daun,

Berdasarkan teknik-teknik pengendalian diatas, diharapkan agar presentase serangan hama lalat buah pada tanaman jeruk menurun dan kondisi ekonomi petani dapat meningkat secara signifikan. 

Refrensi

Amrullah, S. H. (2019). Pengendalian Hayati (Biocontrol): Pemanfaatan Serangga Predator sebagai Musuh Alami untuk Serangga Hama (Sebuah Review). In Prosiding Seminar Nasional Biologi (Vol. 5, No. 1).

Hidrayani, H., & Ikhsan, Z. (2021). INOVASI PENGELOLAAN HAMA TERPADU LALAT BUAH PADA PERTANAMAN JERUK DI DAERAH SUNGKAI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG. Jurnal Hilirisasi IPTEKS, 4(4), 226-232.

Marpaung, A. Y. A., Marpaung, Y. A., Pangestiningsih, Y., & Pinem, M. I. (2014). Survei Pengendalian Hama Terpadu Hama Lalat Buah Bactroceraspp. Pada Tanaman Jeruk di Tiga Kecamatan Kabupaten Karo. AGROEKOTEKNOLOGI, 2(4).

Nenotek, P. S., Hahuly, M. V., & Simamora, A. V. (2021). Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk di Kelompok Tani Sion Desa Oelbubuk Timor Tengah Selatan. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Undana, 15(2), 36-45.


Disusun Oleh : 

Rheza Allegra Purnama / 212025010160 / Agroteknologi UPNVJT



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aspek - aspek Molekuler Pembelahan Sel dan Replikasi DNA

Pembelahan sel adalah proses di mana sel-sel membagi diri menjadi dua sel anak. Proses ini merupakan bagian penting dari siklus hidup sel yang penting untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan organisme. Dalam organisme multiseluler, pembelahan sel diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, regenerasi jaringan yang rusak, dan reproduksi. Pembelahan sel terjadi dalam dua jenis yakni mitosis dan meiosis. Berikut adalah penjelasan singkat tentang kedua tahap tersebut 1. Mitosis     Mitosis adalah proses di mana inti sel (nukleus) membelah menjadi dua inti anak yang identik secara genetik. Tahap pertama adalah profase, dimana kromatin di dalam inti sel mengkondensasikan menjadi kromosom yang terlihat dengan jelas (membentuk seperti huruf “X”). Inti sel mulai memecah, dan serat-serat protein mikrotubulus, disebut spindle fibers, mulai terbentuk. Selanjutnya pada tahap metafase, kromosom-kromosom berbaris rapi di tengah-tengah sel membentuk piringan metafase. Kemudian

Pengantar Biologi Molekuler

Biologi molekuler merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari aktivitas biologis sel pada level molekuler, seperti sintesis, modifikasi, mekanisme, dan interaksi biomolekul. Istilah “Biologi Molekuler” ini dikemukakan oleh William Astbury pada tahun 1945. Ruang lingkup biologi molekuler mencakup kajian utama terhadap makromolekul hayati (seperti asam nukleat dan protein), ekspresi informasi hayati (meliputi replikasi, transkripsi, dan translasi), serta aplikasi dalam rekayasa genetik.      Sejarah biologi molekuler melibatkan tokoh-tokoh penting seperti Antoni van Leeuwenhoek yang pertama kali membuat mikroskop dan melihat sel tunggal (bakteri, protozoa, algae) serta Robert Hooke yang mengamati struktur sel tumbuhan. Perkembangan biologi molekuler pesat terjadi sejak tiga dasawarsa yang lalu, terutama setelah teknologi DNA rekombinan mulai berkembang pada tahun 1970-an. Teknologi ini memberikan kontribusi besar bagi pemahaman mekanisme alih informasi hayati pada bakteri dan bakter

Konstitusi Genetik

Konstitusi genetik adalah istilah pada kumpulan gen dalam sebuah organisme atau spesies yang menentukan sifat-sifat genetiknya. Hal ini mencakup seperti urutan DNA, struktur kromosom, dan segala macam variasi genetik yang ada dalam populasi tersebut. Konstitusi genetik menentukan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu organisme. Gen-gen yang terdapat dalam konstitusi genetik mengodekan instruksi-instruksi yang mengarah pada pembentukan struktur tubuh, fungsi-fungsi biologis, dan sifat-sifat lainnya yang dimiliki oleh jasad hidup.   Jasad hidup secara umum dikelompokkan menjadi 2 jenis, antara lain: 1. Jasad Hidup Non Selular Jasad hidup yang tidak memiliki struktur seluler, sehingga bisa dikatakan organisme yang tidak tediri atas sel, contohnya yaitu virus. Virus merupakan perwujudan biologis yang terdiri dari materi genetik yang dibungkus dalam kapsid protein. Virus tidak memiliki struktur seluler yang lengkap dan tidak memungkinkan melakukan fungsi kehidupan secara mandiri, tet