Langsung ke konten utama

Pemanfaatan Daun Mimba sebagai Biopestisida Nabati

Serangan hama dan penyakit pada tanaman budidaya merupakan salah satu faktor penting yang dapat mengurangi hasil pertanian. Upaya mengatasi serangan hama dan penyakit pada tanaman yang dibudidaya dapat melalui pestisisda nabati. Selama ini petani bergantung pada pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit tersebut, karena dinilai lebih efisien dan praktis, akan tetapi penggunaan pestisida yang berlebihan, tidak saja akan meningkatkan biaya produksi, tetapi juga berdampak buruk bagi kesehatan petani, konsumen maupun keseimbanagan hayati sekitarnya. Hal ini dapat diminimalisir dengan memanfaatkan sumber daya alam yang sangat berlimpah di alam sebagai pestisida nabati seperti daun mimba.

Mimba (Azadirachta A.Juss) adalah salah satu jenis pohon yang termasuk dalam family  Meliaceae dengan sinonimnya adalah Melia azadirachta L. dan Melia indica Braud. Mimba merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang dapat tumbuh pada areal yang agak kering dan sedikit lembab. Tanaman ini memiliki banyak manfaat diantaranya adalah makanan ternak, minyak, sabun, naungan, konservasi tanah, tanaman hias dan insektisida. Dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida,pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan). Beberapa diantaranya adalah azadirachtin, salanin, melantriol, nimbin dan nimbidin. Mimba tidak membunuh hama secara cepat, namun mengganggu hama pada proses makan, pertumbuhan, reproduksi dan lainnya (Su’ud dkk, 2019). Senyawa azadirachtin bisa menimbulkan berbagai pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan serangga seperti penghambat perkembangan telur (larva atau pupa), memblokir proses ganti kulit selama stadium larva, memberikan gangguan terhadap proses kawin, memberi efek penolakan makan pada larva dan dewasa, mencegah meletakkan telur, membuat serangga mandul, serta dapat meracuni larva dan dewasa.

Cara pembuatan pestisida nabati dari daun mimba yakni menyiapkan daun mimba sebanyak 1 kg (daun yang digunakan tidak terlalu muda dan terlalu tua) dicuci sampai bersih dan dikeringkan selama 24 jam di oven pada suhu 50°C. Selanjutnya ditumbuk atau diblender halus hingga menjadi serbuk. Daun mimba yang telah menjadi serbuk diambil sebanyak 300 gram kemudian dilarutkan dalam 1 liter methanol dan didiamkan selama 48 jam. Setelah itu dievaporator hingga mengental (berbentuk pasta). Pembuatan larutan dilakukan dengan mengambil 1 gram ekstrak daun mimba kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquades lalu dikocok hingga homogen dan selanjutnya dapat diaplikasikan ke tanaman yang terserang hama atau penyakit (Agustin dkk, 2016).

Adapun hasil data penelitian yang menunjukkan efektivitas daun mimba sebagai pestisida nabati, seperti pada jurnal yang berjudul “EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadirachta indica A. Juss) TERHADAP PERTUMBUHAN KOLONI Alternaria porri PENYEBAB PENYAKIT BERCAK UNGU PADA BAWANG WAKEGI (Allium x wakegi Araki) SECARA In vitro” dijelaskan bahwa ekstrak daun mimba mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan koloni A.porri secara In vitro.  Ekstrak daun mimba konsentrasi 0,4% memiliki daya hambat sebesar 3,17%, konsentrasi 0,6% memiliki daya hambat sebesar 6,78%, konsentrasi 0,8% memiliki daya hambat sebesar 24,46% dan konsentrasi 1% memiliki daya hambat sebesar 43,33% yang merupakan perlakuan efektif dalam menghambat koloni A. porri

Gambar 1. Rata-rata Presentase Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Mimba terhadap Pertumbuhan Jamur A. Porri

Setiap penambahan konsentrasi ekstrak daun mimba akan menyebabkan peningkatan persentase daya hambat terhadap pertumbuhan jamur A. porri. Hal ini disebabkan karena adanya senyawa nimbin dan nimbidin sebagai zat antifungi dalam ekstrak daun mimba yang menghambat pertumbuhan miselium jamur A. porri. Menurut Agustin (2016), ekstrak daun nimba diketahui menghasilkan senyawa penghambat produksi mycotoxin oleh jamur patogenik, senyawa tersebut di antaranya Azadirachtin, nimbin dan nimbindin yang mampu menghambat pertumbuhan jamur patogenik.

Daftar Pustaka :

Agustin, S., Asrul, A., dan Rosmini, R. (2016). Efektivitas Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap Pertumbuhan Koloni Alternaria porri Penyebab Penyakit Bercak Ungu pada Bawang Wakegi (Allium x wakegi Araki) Secara In Vitro. AGROTEKBIS: E-JURNAL ILMU PERTANIAN, 4(4): 419 - 424.

Killa, Y. M., Maranda, A. P., dan Hana, M. R. (2023). Efektivitas Pestisida Nabati Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta Indica) dan Srikaya (Annona Squamosa Linn) untuk Mengendalikan Hama Belalang Kembara (Locusta Migratiria Minilensis Mayen). Agro Wiralodra, 6(1): 9-13.

Rusdi, R., Purwati, T., Budijanto, B., dan Riyanto, R. (2017). Pemanfaatan Daun Mimba Sebagai Pestisida Organik di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo. JPM PAMBUDI, 1(1): 82-91.

Su’ud, M., Suyani, I. S., dan Maulana, A. (2019). Uji Beberapa Konsentrasi Ekstrak Biji dan Daun Mimba (Azadirachta indica L) terhadap Kematian dan Perkembangan Larva Ulat Grayak (Spodoptera exigua Hbn). Agrotechbiz: Jurnal Ilmiah Pertanian, 6(1): 26-37.


Nama                       : Rheza Allegra Purnama

NPM                        : 21025010160

Kelas                       : C025

Mata Kuliah            : Sistem Pertanian Berkelanjutan

Dosen Pengampu    : Dr. Ir. Sri Wiyatiningsih, MP.


 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aspek - aspek Molekuler Pembelahan Sel dan Replikasi DNA

Pembelahan sel adalah proses di mana sel-sel membagi diri menjadi dua sel anak. Proses ini merupakan bagian penting dari siklus hidup sel yang penting untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan organisme. Dalam organisme multiseluler, pembelahan sel diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, regenerasi jaringan yang rusak, dan reproduksi. Pembelahan sel terjadi dalam dua jenis yakni mitosis dan meiosis. Berikut adalah penjelasan singkat tentang kedua tahap tersebut 1. Mitosis     Mitosis adalah proses di mana inti sel (nukleus) membelah menjadi dua inti anak yang identik secara genetik. Tahap pertama adalah profase, dimana kromatin di dalam inti sel mengkondensasikan menjadi kromosom yang terlihat dengan jelas (membentuk seperti huruf “X”). Inti sel mulai memecah, dan serat-serat protein mikrotubulus, disebut spindle fibers, mulai terbentuk. Selanjutnya pada tahap metafase, kromosom-kromosom berbaris rapi di tengah-tengah sel membentuk piringan metafase. Kemudian

Pengantar Biologi Molekuler

Biologi molekuler merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari aktivitas biologis sel pada level molekuler, seperti sintesis, modifikasi, mekanisme, dan interaksi biomolekul. Istilah “Biologi Molekuler” ini dikemukakan oleh William Astbury pada tahun 1945. Ruang lingkup biologi molekuler mencakup kajian utama terhadap makromolekul hayati (seperti asam nukleat dan protein), ekspresi informasi hayati (meliputi replikasi, transkripsi, dan translasi), serta aplikasi dalam rekayasa genetik.      Sejarah biologi molekuler melibatkan tokoh-tokoh penting seperti Antoni van Leeuwenhoek yang pertama kali membuat mikroskop dan melihat sel tunggal (bakteri, protozoa, algae) serta Robert Hooke yang mengamati struktur sel tumbuhan. Perkembangan biologi molekuler pesat terjadi sejak tiga dasawarsa yang lalu, terutama setelah teknologi DNA rekombinan mulai berkembang pada tahun 1970-an. Teknologi ini memberikan kontribusi besar bagi pemahaman mekanisme alih informasi hayati pada bakteri dan bakter

Konstitusi Genetik

Konstitusi genetik adalah istilah pada kumpulan gen dalam sebuah organisme atau spesies yang menentukan sifat-sifat genetiknya. Hal ini mencakup seperti urutan DNA, struktur kromosom, dan segala macam variasi genetik yang ada dalam populasi tersebut. Konstitusi genetik menentukan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu organisme. Gen-gen yang terdapat dalam konstitusi genetik mengodekan instruksi-instruksi yang mengarah pada pembentukan struktur tubuh, fungsi-fungsi biologis, dan sifat-sifat lainnya yang dimiliki oleh jasad hidup.   Jasad hidup secara umum dikelompokkan menjadi 2 jenis, antara lain: 1. Jasad Hidup Non Selular Jasad hidup yang tidak memiliki struktur seluler, sehingga bisa dikatakan organisme yang tidak tediri atas sel, contohnya yaitu virus. Virus merupakan perwujudan biologis yang terdiri dari materi genetik yang dibungkus dalam kapsid protein. Virus tidak memiliki struktur seluler yang lengkap dan tidak memungkinkan melakukan fungsi kehidupan secara mandiri, tet